Saya Pikir PMS, Ternyata Positif

Saya pikir saya mengalami PMS, ternyata saya positif. Eits, tapi jangan buru-buru memberi ucapan selamat. Ini positif yang hal lain. Positif yang sangat tidak diharapkan.

Yap, setelah 2 tahun lebih pandemi dan berhasil “lolos” dari kejaran si virus jahat, pada akhirnya saya terpapar juga. Hasil swab antigen menunjukkan bahwa saya positif covid. Tidak hanya saya, tetapi juga Renjana dan adik ipar saya, Didik.

Semuanya bermula di Jumat malam (4/3). Usai menidurkan Renjana mendadak tubuh saya terasa sangat dingin, nyaris menggigil. Badan saya rasanya mulai tidak nyaman dan kepala juga berat.

Sebenarnya soal kepala yang berat dan pusing, serta mual tiada henti ini sudah saya alami sejak tanggal 1 Maret. Namun saya pikir itu efek mata yang kelelahan atau minus. Tiap melihat laptop atau ponsel kepala saya langsung pusing dan mual.

Namun, di Jumat malam rasanya begitu berbeda. Saat saya bilang ke Mas Chandra bahwa badan terasa dingin dan tubuh pegal-pegal, serta kepala berat, dia langsung memutuskan untuk tidur terpisah. Memang sudah menjadi tradisi di rumah kami untuk selalu berjaga-jaga dengan cara pisah kamar tiap ada yang mulai sakit.

Tidur malam itu rasanya sangat tidak nyaman. Saat terbangun di hari Sabtu dengan tubuh yang semakin tak karuan. Seharian itu yang saya lakukan hanyalah tiduran di kamar. Jelang sore, Renjana mulai mengeluh bahwa tenggorokannya sakit dan badan tidak enak.

Waduh, jangan-jangan ketularan nih, batin saya. Dan ternyata benar. Makin malam tubuhnya makin panas, menyentuh 38,7. Saya juga begitu, tubuh mulai demam. Akhirnya malam itu kami berdua minum obat penurun panas. Suhu saya turun, sedangkan Renjana tidak.

Berhubung saat itu adalah waktu-waktu di mana saya hendak menstruasi, saya pikir apa yang saya alami hanyalah sakit biasa. Apalagi punggung terasa sangat tidak nyaman dan perut bergejolak, fix ini mah PMS. Paling tambah flu sedikit. Buat tidur sambil memeluk botol air panas biasanya akan sembuh.

Nyatanya, hingga minggu pagi tubuh saya tidak ada perubahan. Bahkan badan rasanya makin remuk redam. Akhirnya, sekitar jam 10 pagi, saya, Renjana, dan Didik pergi ke klinik untuk swab. Awalnya saya tidak ingin. Namun, kakak ipar saya yang anaknya dan keluarga besarnya positif menyuruh kami untuk swab supaya tau hasilnya.

Dan ternyata benar. Sebelum petugas memberitahukan hasilnya, email hasil tes sudah masuk ke kotak surat. Di situ tertulis bahwa saya positif, begitu juga dengan Renjana dan Didik. Selanjutnya ada WA dari kemenkes dan notifikasi dari pedulilindungi. Aplikasi pun berubah menjadi hitam.

Tak berapa lama kami dipanggil petugas dan diberi tahu hasilnya secara resmi. Respon saya sendiri hanya cengar-cengir. Saya langsung wasap Mas Chandra. Dia pun bilang “Yang penting tetap semangat, buk. Ojo nglokro”. Saya sih semangat-semangat aja, nggak nglokro sama sekali. Yang saya pikirkan justru Renjana, karena hari Senin dia harus mengikuti PTS (penilaian tengah semester).

Ohya, sebenarnya saat itu kami diberi surat rujukan ke puskesmas untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Saya juga bisa menghubungi halodoc untuk melakukan konsultasi dan mendapatkan obat dari pemerintah gratis. Namun, berhubung saat itu hari minggu dan badan rasanya sudah nggak karuan, saya memilih konsultasi langsung dengan dokter dan menebus obat saat itu juga.

Sasampainya di rumah kami pun lantas mengatur rencana. Saya menelepon ibuk melarang datang ke Jogja. Padahal saat itu ibuk sudah siap-siap nunggu travel. Saya jelaskan kondisi saya seperti apa dan bahwa kami harus isoman. Saya juga menghubungi kantor dan tim saya, menginfokan bahwa untuk sementara waktu saya akan cuti karena positif. Untungnya semua merespon baik dan kooperatif.

Lantas dimulailah hari-hari isoman. Hari Senin tubuh rasanya masih tidak karuan. Seharian saya hanya berbaring dan tidur di kasur. Sepertinya efek obat juga, sepanjang hari saya terlelap. Bahkan, saya tidak mengurusi Renjana yang PTS. Dia menyiapkan sendiri semua perlengkapan tes online-nya, termasuk membuat lembar jawab sendiri.

Hari itu dia ada dua jadwal tes. Seusai tes pertama dia memilih untuk tidur di samping saya, lantas melanjutkan lagi siang harinya. Saat saya terbangun, dia sudah selesai mengerjakan semua soalnya dan tinggal di-submit.

Keesokan harinya, kondisi Bre mulai membaik. Dia sudah tidak demam lagi dan mulai usil. Sedangkan saya masih saya mual. Ya, salah satu hal paling tidak mengenakkan dari Covid yang saya rasakan adalah mual yang tiada henti. Hal itu yang membuat saya susah makan. Padahal, katanya salah satu cara untuk melawan Covid varian omicron ini dengan makan yang banyak. Untungnya saya diberi obat antimual. Jadi, tiap 30 menit sebelum jam makan, saya mengonsumsi obat itu. Dengan begitu, saya bisa makan meski sedikit.

Hingga beberapa hari berikutnya, gejala kami mulai menghilang dan berangsur membaik. Sempat tenggorokan rasanya sangat sakit dan pedih. Serasa ada yang menyilet dari dalam. Tidak minum sakit, minum semakin sakit. Puji Tuhan hal itu hanya berlangsung sekitar 2 hari. Sesudahnya hanya sakit tenggorokan biasa dan dilanjut batuk.

Di hari isoman ke-10, kondisi saya sudah benar-benar fit. Begitu juga dengan Renjana. Saya bersyukur, meski terpapar Covid setidaknya gejalanya tidak yang parah sekali. Bisa saya bilang ini termasuk mild, ya walau sempat tepar juga tidak bisa ngapa-ngapain. Bersyukur dikelilingi orang-orang baik.

Selama ini saya suka ngerasa tinggal di Jogja sendirian. Apalagi sejak kakak berpulang tahun lalu gara-gara Covid, rasanya makin tidak punya siapa pun. Eh nyatanya di saat keluarga kami sakit seperti ini, bantuan datang silih berganti tanpa henti. Padahal, selain beberapa teman dekat dan keluarga inti, saya sama sekali tidak bilang ke siapa pun, termasuk ke tetangga haha.

Nyatanya selama 10 hari isoman kami tidak perlu kebingungan. Nyaris tiap hari selalu ada yang mengirimi kami makanan. Baik makanan siap santap hingga bahan makanan. Bahkan, di hari-hari terakhir saya sampai menolak kawan yang berniat mengirim makanan “sudah berlebih”, jawab saya kala itu.

Di saat-saat seperti ini akhirnya ngerasa bahwa saya tidak sendirian. Saya baru menyadari bahwa selalu ada orang-orang baik yang siap menolong, bahkan tanpa saya minta bantuan. Saya yakin ini bukan karena saya dan Mas Chan yang baik, tapi lebih ke hasil tuaian perbuatan baik orang tua kami.

Untuk kawan-kawan yang membaca tulisan ini, semoga kalian diberi kesehatan selalu ya. Makan makanan yang bergizi dan tetep jaga prokes. Jangan lupa juga minum vitamin guna menjaga daya tahan tubuh supaya tetap sehat. Saya sendiri selalu sedia stok vitamin di rumah, mulai dari Vitamin C, Vitamin D, serta Vitamin B Complex.

Serupa membawa payung di musim hujan untuk berjaga-jaga. Bagi saya, minum vitamin ini juga sebagai sarana untuk menjaga dan mengusahakan yang terbaik bagi tubuh. Jikalau penyakit datang, setidaknya tubuh sudah punya sistem imun yang kuat sehingga tidak mudah ambruk.

Saat ini kondisi saya dan keluarga sudah sangat baik. Tinggal batuk saja yang belum 100% reda. Tidak apa-apa, jalani saja prosesnya. Semoga kami semua terus dilimpahi dengan kesehatan, begitu juga dengan kawan-kawan semua.

Kaki Merapi, Maret 2022

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 248

24 Comments

  1. Wahhh sama yaaa kita keserang si om om ikron inii…. Tp memang masih bs bersyukur gak ketemu sama si delta yaa nggakk…? Hehe

  2. Bersyukur sekarang sudah sehat semua ya jeng, aku kemarin sempet sakit juga tapi karena gejala yang dirasakan tak begitu parah jadi nggak cek, tapi tetep glundang glundung aja di kamar.

    Hari pertama dan kedua sempat berpikir, kalau aku berhenti napas gimana nih, soalnya hidung bener² mampet, tidur aja sambil duduk. Habis itu berangsur baik, tapi setelah semingguan pinggang sampai lutut sering terasa nyeri yang sangat parah sampai keringetan, 2 hari ilang dan sehat hingga kini.

    Buat jaga² kesehatan emang penting sedia obat dan vitamin. Aku pun dirumah selalu gitu. Semoga sehat selalu yaaaa ❤️

  3. Semoga batuknya bisa segera reda yaa mbak. Bulan kemarin saya sekeluarga pun pada sakit, yang positif sih ibu saya aja. Tapi satu rumah mengalami gejala yang sama. Gak enaknya minta ampun. Alhamdulillah makin ke sini semuanya pelan-pelan kian pulih. Benar kata mbak, jalani saja prosesnya 🙂

  4. Aamiin. Sehat buat kita semua ya Maak.
    Nah, sama bnget kejadiannya sama mentemen yang kadang salah kaprah, disangkanya PMS atau cuma sakit biasa aja ternyata pas diperiksa positip Om2 Ikron deh.
    Alhamdulillah ya Mak, moga cepat pulih kembali batuknya hilang dan tetep menjaga kesehatan dengan minum mulitivitamin, biar sehat terus.

  5. Aduh mbak, hasil tes positif covid masih bisa cengar cengir ya, hebat. Emang mesti gitu ya, jangan dijadikan beban pikiran saat terima hasil swab positif tuh.

    Renjana juga pinter nih, mandiri ngurusin PTS nya. hasil didikan ibunya yang luar biasa

  6. Gejalanya tuh mirip flu biasa tapi lebih berat ya mak. Trus menjelang PMS juga, jd sulit bedakan. Memang tes pcr yg bisa menentukan.

    Sekarang jd terintegrasi langsung ya, hasil tes dgn aplikasi peduli lindungi. Dia bakal berubah jd hijau otomatis setelah 10 hari.

    Syukurlah sekarang sudah sehat. Semoga sehat terus ga dan ga kena om2 ini lagi.

  7. Alhamdulillah sudah sehat kembali kan maak…Banyak sekali ya yang memiliki gejala badan sakit semua tapi yang mual aku baru tau mak.

    Pandemi mengajarkan banyak hal termasuk kepedulian terhadap sesama yaa.

  8. Toss..sesama penyintas covid kitaaa
    Saya kena serumah (kecuali anak sulung) Juli tahun lalu, dengan kondisi lebih berat dari yang Mbak rasakan tapi lebih ringan dari yang dirawat di RS. Syukurlah semua sudah berlalu ya. Semoga kini kita semua sehat selalu

  9. Semogaaaa selalu sehat ya Mak.
    Memang sakit –apapun penyakitnya– tuh ngga enak banget
    bener2 kita kudu ngejaga tubuh, pikiran, dst.
    booster vitamin selalu ready di rumah yak.

  10. Samaa kak d keluarga suami awal cuma Aku aja nih yg gàk.. eh pas omicron ini aku tumbang Juga .. iya nih ternyata bit B Complex manfaatnya bnyk bngt buat tubuh

  11. Covid tak bisa dihindari ya mba kita cuma bisa menjaga daya tahn tubuh agar nggak ambruk dan nggak mudah diserang Covid. Memang multivitamin membantu banget untuk meningkatkan daya tahan tubuh, aku juga konsumsi vitamin mba. Semoga lekas pulih ya mba..

  12. Wah ternyata salah ya mbak
    Beruntung sekarang sudah sehat ya
    Emang senjata ampuh lawan covid ya dengan meningkatkan daya tahan tubuh ya mbak
    Makanya perlu banget konsumsi vitamin

  13. Sejujurnya, aku kemarin juga mendadak demam.
    Tapi semakin hari, gejalanya semakin aneh. Jadinya mau khawatir, gak jadi.

    Apaun keadaanya, semoga kita semua lekas sehat-sehat dan fit kembali yaa, kak..
    Dan bisa kembali menikmati hari bersama keluarga. Jangan ovt, kudu tetap semangat dan setuju, selalu sedia stok vitamin di rumah, mulai dari Vitamin C, Vitamin D, serta Vitamin B Complex.

  14. Seperti itu ya Mbak ternyata rasanya kena Covid-19 varian Omicron. Tempo hari suami saya juga pernah seperti itu gejalanya, panas demam mual dan seterusnya.. tapi tidak berani memeriksakan diri ke dokter/swab. Hanya diobati secara mandiri saja. Alhamdulillah sembuh, sih. Tapi memang tidak untuk ditiru tindakannya, hehe..
    Semoga sehat selalu ya Mbak beserta keluarga. Perlu banget memang konsumsi suplemen vitamin 🙂

  15. Kalau mata tidak benar2 dalam kondisi sehat, salah satu gejalanya ini ya. Duh saya juga ngerasain. Ditambah bola mata panas sekali sampai-sampai tak bisa pakai kacamata. Bahkan mau sekadar pakai skincare aja, ketika mendekat ke cermin auto berkabut cerminnya. Padahaal jaraknya cukup jauh.

  16. Di saat susah dan ada teman yang peduli itu berasa enggak sendiri ya, Mak? Semoga sehat-sehat selalu Mak. Pandemi emang yang namanya vitamin, suplemen itu harus selalu ada. Tentunya ya tetap harus olahraga, perhatikan asupan makanan,minum dan istirahat yang cukup juga.

  17. alhamdulillah ya senang banget kalau banyak teman kerabat dan keluarga yang perhatian mengirimkan asupan asupan semangat untuk kita selalu menjaga kesehatan

  18. Syukurlah udah sehat ya mba 😊. COVID yg terbaru ini memang berasa bangetttt.

    Aku sendiri udh 2x kena. Tapi pas pertamakali, Agustus 2020, itu malah OTG 😅. Taunya kena karena mama meninggal cara2 COVID, jadilah kami semua yg kontak Ama mama di tes. Tapi semuanya OTG walo positif. Padahal itu pas COVID lagi buas2nya.

    Eh yg kena keduakali Juli 2022 kemarin malah KO badan 😅. Aku kirain demam berdarah Krn tulang kok ngiluuuu banget. Ternyata COVID.

    Padahal dari awal COVID kami udh rutin minum vit c, D, dan B. Probiotik juga. Memang sudah waktunya kena 😅.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *