Litto Jogja, Sanggaraloka ala Jepang yang Tawarkan Ketenangan Bagi Jiwa

Tersembunyi di antara gigir perbukitan dan hutan pinus, Litto Jogja tawarkan ketenangan bagi jiwa-jiwa yang resah. Di tempat ini, waktu seolah berhenti. Namun, ketika Anda telah bersiap, lampion menyala dan semua akan berpesta dalam balutan yukata.

Awal mula…

Entah sugesti atau memang nyata adanya, dari tahun ke tahun Mei selalu menjadi bulan yang serupa roller coaster. Walau tak selamanya begitu, sebab saya juga merayakan sukacita pernikahan di bulan Mei. Namun, dibanding masa-masa sukacita, Mei selalu lebih banyak ambyarnya. Mei tahun ini pun begitu. Saya menjalani bulan ini dengan tertatih-tatih.

Rasanya capek sekali. Baik fisik, pikiran, jiwa, juga hati.

Lantas pesan itu tiba. Ajakan untuk menginap di Litto (Little Tokyo) Jogja pada akhir pekan. Tanpa berpikir panjang saya mengiyakan. Sepertinya saya memang butuh short escape. Bersantai sejenak dan mengambil jeda dari semua badai yang melanda. Siapa tahu, sesudahnya saya menjadi lega.

Pada siang yang cukup terik, rombongan saya dan teman-teman pun meluncur dari Jogja. Litto sendiri terletak di kawasan perbukitan Selatan Jogja. Lebih tepatnya di Gunung Cilik, tak jauh dari kompleks wisata Hutan Pinus Becici maupun Hutan Pinus Pengger.

Untuk mencapai tempat ini kawan-kawan bisa melalui jalur Piyungan-Patuk atau jalur Imogiri-Panggang. Sebisa mungkin hindari jalur Cinomati meski terlihat dekat, sebab jalur tersebut berupa tanjakan esktrim dengan jalan berkelok curam.

Karena badan sedang tidak fit, sepanjang perjalanan saya menutup mata. Perpaduan jalan berliku dan aroma stela (walau bukan jeruk) membuat perut bergejolak. Untungnya hanya berkisar 1 jam, kami semua tiba di pelataran Litto Jogja. Saya pun bernapas lega.

Begitu turun dari mobil saya langsung menghirup napas dalam-dalam. Berhubung terletak di antara hutan dan perbukitan, udara di Litto terasa segar. Tarik, embuskan, tarik, embuskan. Hal tersebut saya lakukan berulang-ulang supaya kepala tak lagi berat dan perut bersahabat.

Sambutan yang menyenangkan

Silakan oshibori-nya, kak”, kata Kak Aiya ramah sembari menyodorkan gulungan kecil handuk basah. Saya pun menerimanya dan langsung mengelap tangan serta wajah dengan handuk dingin tersebut. Rasanya segar sekali.

Lantas Kak Aiya bercerita bahwa oshibori merupakan salah satu bentuk keramahan khas Jepang. Tradisi Oshibori telah muncul sejak periode Heian (794-1185) dan terus bertahan hingga kini. Handuk tangan ini bisa disajikan hangat atau dingin, tergantung dari musim yang sedang berlangsung. Gunanya untuk membersihkan tangan para pelanggan yang datang ke restoran dan tempat lainnya.

Selesai rehat sejenak dan menikmati kudapan, kami semua dipersilakan untuk meletakkan barang di kamar masing-masing. Rupanya saya sekamar dengan Mbak Indah Juli. Kami diberikan Deluxe Room di lantai 5. Kamar yang sangat nyaman, dengan view langsung ke pool serta Kota Jogja dan Bantul.

Saat malam tiba, pemandangan dari tempat ini sangatlah indah. Perpaduan kilau lampu kota dan gemintang terlihat bertaburan seolah membedaki gelapnya langit malam. Saya sempat duduk sejenak di balkon. Rasanya begitu tenang dan damai.

Tempat ini jauh dari keramaian sehingga tidak ada suara kendaraan yang mengganggu pendengaran. Yang terdengar hanya kesiur angin dan cericit hewan malam. Tempat sempurna untuk kontemplasi.

Offroad menyusuri sungai dan melihat pertunjukan Ninja Games

Berhubung tujuan utama ke Litto adalah untuk refreshing, tentu saja saya tidak menghabiskan hari dengan bermalas-malasan di kamar. Selesai menata barang, saya langsung turun ke lantai bawah dan bersiap untuk naik Jeep wisata dengan teman-teman

For your information, bekerjasama dengan penduduk lokal, Litto menyediakan paket naik Jeep selama 45 menit. Rutenya adalah melintasi deretan hutan pinus yang ada di sepanjang jalan, melewati jalanan makadam yang berliku, hingga gongnya adalah turun ke sungai dan melintasi jalur sungai beberapa ratus meter.

Saya sendiri sudah berkali-kali naik jeep wisata, dari rute pasir berbatu Kaliadem, menyusuri gumuk pasir Parangtritis, hingga keliling kawasan Shiva Plateu. Namun, untuk menyusuri arus sungai, ini adalah pengalaman pertama. Keseruan sudah dimulai sejak Jeep turun ke sungai. Mobil bergoncang keras sehingga penumpang harus menjaga keseimbangan.

Begitu sudah sampai di sungai, gas pun ditancap. Roda Jeep melaju kencang, membelah aliran sungai, membuat air tersibak dan menciprat ke mana-mana. Kawan saya, si Aji, berteriak kencang. Rasa tegang sekaligus senang berpadu menjadi satu. Saya sendiri hanya cengar-cengir kegirangan.

Usai bertualang naik Jeep, selanjutnya adalah mengikuti Ninja Games. Supaya lebih seru, saya pun berganti kostum memakai karate gi berwarna merah menyala. Di salah satu sudut Litto Resort terdapat area yang bernama Ninja Village. Di sini, pengunjung bisa mencoba aneka permainan ketangkasan, memanah, halang rintang, hingga flying fox.

Selain itu, para ninja pun bisa mencoba melempar shuriken atau bermain katana. Jika sedang beruntung, Anda dapat menikmati pertunjukan Ninja vs Samurai.

Tak sekadar bermain, di tempat ini terdapat staff Litto yang akan menjelaskan mengenai sejarah ninja dan samurai di Jepang. Mulai dari latar belakang keberadaannya, posisi mereka di masyarakat dan pemerintahan Jepang kala itu, hingga aneka senjata yang biasa mereka gunakan. Jadi, selesai bermain saya pun mendapatkan pengetahuan baru.

Sore itu saya tak sempat mencoba melempar shuriken. Saya hanya berpose dengan katana. Berlagak menjadi Kaoru Kamiya di film Rurouni Kenshin. Dia idola saya, si gadis tangguh yang berapi-api dan pantang menyerah. Tepat saat mentari surup, atraksi Ninja Games pun berakhir.

Pesta merayakan sukacita musim panas

Mohon sebelum jam 7 sudah di resto lantai 2 untuk memakai yukata, ya!” seru salah satu staff mengingatkan. Saya mengangguk pelan. Bergegas saya pun turun dan mendapati banyak orang telah berganti baju. Para gadis terlihat cantik memakai yukata warna-warni. Sementara para pria dalam balutan hakama maupun haori berwarna gelap.

Bukan tanpa alasan jika saya dan teman-teman berganti kostum. Malam ini kami akan berpesta dan menikmati sajian budaya Jepang yang belum pernah kami lihat sebelumnya. Selain makan malam, akan ada tiga rangkaian acara yang diikuti, yakni Oiran Dochu, Geisha Dance, dan Bon Odori. Nah, supaya atmosfir Jepangnya lebih terasa, akan lebih baik jika kami semua memakai kostum tradisional Jepang.

Makan malam berlangsung sangat meriah. Terdapat beragam stall yang menyajikan hidangan Jepang. Dari kudapan seperti mochi dan taiyaki, hingga makan besar seperti sushi, omurice, tepanyaki, dan yakitori, semua tersedia. Dan yang paling mencuri perhatian tentu saja menu Litto Nagashi Somen.

Yang membuat makanan ini menarik sebenarnya adalah tata cara memakannya. Saya dan teman-teman duduk mengelilingi meja. Sedang di tengahnya terdapat ruas bambu panjang yang mengalirkan air. Nantinya, mie dingin atau somen akan dialirkan melewati ruas bambu tersebut. Saat mie mengalir di depan, saya bisa menggambilnya dengan sumpit dan mencelupkannya ke kuah tom yum yang lezat.

Di Jepang sendiri Nagashi Somen adalah menu yang kerap dihidangkan pada musim panas. Mereka menyajikannya dengan saus tsuyu segar. Di Jogja, Litto adalah pelopor menu Nagashi Somen. If someday you go to Litto, you should try this experience!

Belum juga makanan yang di perut turun, di luar sudah terdengar alunan musik tradisional Jepang. Rombongan Oiran Dochu mulai memasuki pelataran. Oiran Dochu sendiri adalah reka ulang parade oiran atau geisha di jaman Edo. Nampak memimpin barisan adalah geisha yang memakai sandal sangat tinggi. Sementara itu, di belakangnya terdapat beberapa gadis cantik.

Selesai parade, para gadis itu lantas menari dengan gemulai masih diiringi alunan musik tradisional yang mendayu. Semua pertunjukan yang tersaji di depan membawa saya melayang, seolah-olah sedang berada di dunia series The Makanai: Cooking for tha Maiko House. Sebagai pamungkas pesta malam itu, ada Bon Odori, yakni menari bersama. Awalnya saya malu-malu, eh lha kok lama-lama nyandu. Ternyata seru sekali.

Dalam beberapa jam terakhir saya lupa bahwa saya sedang berada di pelosok Bantul. Rasa-rasanya saya seperti sedang berada di Jepang dan menikmati atraksi budaya yang ada. Tak salah jika Litto menggaungkan dirinya sebagai Little Tokyo. Di resort & recreational resto ini Anda bisa merasakan suasana Jepang yang begitu kental, mulai dari kulinernya, suasananya, hingga aneka pertunjukan seni budaya.

Litto Jogja, tempat tetirah di kala lelah

Rasanya tak berlebihan jika saya mengatakan bahwa Litto adalah salah satu hidden gem yang mampu mencuri hati. Berada di pelosok Dlingo, tempat ini benar-benar menawarkan ketenangan bagi jiwa yang resah dan tubuh yang lelah.

Udara segar, pemandangan indah, makanan enak, staf yang ramah, serta jauh dari kebisingan menjadi kombinasi yang sempurna untuk tetirah. Anda pun bisa beristirahat dengan nyenyak tanpa gangguan.

Apabila tidak ada waktu untuk menginap, mengunjungi Litto barang setengah hari bisa menjadi sarana refreshing yang menyenangkan hati. Anda bisa berenang, mencicipi aneka makanan lezat, mencoba beragam wahana, selfie di spot foto, atau sekadar melamun sembari menanti senja.

Tiket masuk Litto murah, hanya Rp 15.000 saja. Sementara itu, untuk bundling tiket dan voucher adalah Rp 30.000. Nantinya voucher bisa ditukarkan dengan makanan atau potongan untuk menyewa yukata dan ikut Ninja Games.

Berakhir pekan di Litto Jogja kemarin adalah salah satu koleksi kenangan baik yang bisa menjadi sumber dopamine untuk waktu yang lama. Setelah pulang dari Litto saya bisa langsung tancap gas menyelesaikan rentetan tanggung jawab. Mei yang awalnya kelabu, setidaknya berakhir dengan penuh warna. Terima kasih, Litto.

LITTO, Little Tokyo Resort & Recreational Resto
Gunung Cilik, Muntuk, Dlingo, Bantul, DIY
Reservasi: 0812 2692 7555 | 0274 280 9370
IG: @litto_jogja | FB: litto_jogja | Twitter: @litto_jogja

PRICELIST 2023
Entrance ticket: IDR 15K/pax
Entrance Voucher: IDR 30K/pax
Yukata Summer Kimono: IDR 70K/pax
Litto Onsen: IDR 50K/pax
Jeep: IDR 300K/trip (start from)
Ninja Games: IDR 75K/pax (include costume, outbound, drink, flying fox, certificate)
Litto Nagashi Somen: IDR 100K/pax

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 248

25 Comments

  1. Seolah sedang diceritain pengalaman liburan ke Jepang, padahal di Jogja saja. Saking kental nuansa Jepang itu hadir di Litto Jogja Resort. Bakal kutandai buat nanti jadi tujuan refreshing dalam suasana Jepang di Jogja. Terima kasih sharingnya yang runut sekali.

  2. Litto, little Tokyo?
    berhubung uang tabungan belum sampai ke Tokyo, sementara main ke Jogja aja yah
    udah Jepang banget dari sejak awal masuk, area permainan, sampai tempat makannya
    eh tapi staff-nya bisa ngomong Jowo kan mbak, hihi…

  3. Waw, bener2 sepaket ya acara refreshingnya. Menginap di hotel, menikmati suasana Jepang, ada memakai yukata (untuk yang wanita), belajar juga mengenai sejarah ninja dan samurai hingga kulineran. Semoga tambah refresh setelah liburan yang menyenangkan ini 🙂

  4. Waaah, kece banget Litto Jogja resort n resto iniiiii 😀 Terasa Jepang sekali semuanya. Mesti disambangi ah kapan2 bersama keluarga. Kolam renangnya luas ya, ga tahan pengen nyebur lihat fotonya hahaha. Paling seru naik jeep menyusuri jalan sambil menikmati pemadangan alam. Makanannya hhmmm lezat2 nih.

  5. Membaca cerita Mbak Murni tentang Lito Jogja, benaran serasa berada di Jepang. Mulai dari service handuk penyegar sampai ke atraksi budaya. Ini mengingatkan aku ke Noboribersu Jidai Village di Hokkaido, penuh nuansa budaya juga sejarah di jaman Edo.

    Nah, karena baru tahu tempat ini dari posting ini, suatu saat kalau ke Jogja bakalan mencoba pengalaman menginap di sini. Terutama atraksi naik jeep menyusuri sungai itu lho, seru pisan pasti kalau bareng anak-anak

  6. Kalo ke Yogja dan mmapir ke sini bisa apat dua pengalaman berbeda ya Mba, kalo Bandung istilahnya Paris van Java nah kalo ini apakah Japanise van Yogja kali, hehehe. Tapi salut deh ama investornya bisa sulap lokasi bukit2 begitu ya jadi destinasi yang menarik

  7. Bener2 jepang vibes bangett. Kalo deket udah pasti aku mencak-mencak ngajak suami n anak-anak kesini. Sayangnya jauh.. huhu. Aku naksir banget ikh kimononya. Keren ikh. Pengen juga nyoba makee.

  8. Wah, ini kalau aku belum kuat ke Jepang, bisa nyobain main ke Litto dulu ya. Lumayan buat tes dulu suasana Jepang kaya gimana. Tiketnya pun masih golongan terjangkau menurutku. Hayuk agendakan deh

  9. Wah anakku pasti seneng diajak ke sini, secara dia remaja yang gandrung budaya Jepang tuh…belum mampu ngajakin ke Jepang ke Litto Jogja aja. Apalagi ini tiket”nya terjangkau bangets sih, juga jeep wisatanya rutenya menantang nih…

  10. menarik sekali Nyoba makanan di sini pastinya membawa kenangan apalagi Spot dan menu makanannya itu enak dapat konten yang banyak bersama keluarga lebih seru

  11. langsung simpan postingan ini
    dua bulan lagi aku mau ke Jogya
    semoga bisa mampir ke sini
    anakku suka banget hal hal berbau Jepang

  12. aku baru ini mba tentang Litto Jogja next mau banget kesana juga .. beneran kayak di Jepang .. ini berarti setiap tamu yg fatang diauguhkan kayak gini ya kak …

  13. Mbak menarik ya jalan-jalan ke resort dan resto ala jepang. jadi gak usah ke jepang ya karena sudah mendapatkan suguhan budaya dan makanan khas sana. Btw mbak, makan somen mungkin dengan kuah soyu kali ya mbak? atau memang kuah tom yum? hehe maaf kalau salah yaa.

  14. Bisa jadi rekomendasi berikutnya nih klo pas jalan2 ke Jogja. Anak gadisku pasti seneng banget kalau diajakin liburan ke sini. Terima kasih untuk kisah perjalanan yang menyenangkan ini, Mbak.

  15. seru banget Mbak, aku lihat story IG teman-teman blogger yang berkunjung ke Little Tokyo pada excited semua menikmati suasana Jepang di Yogya..semoga nanti bisa main ke sana juga yaa…

  16. Gasss simpan postingan ini pokoknya, wishlist garis keras ini maaah.
    Seru banget ya melahaptiap paragraf postingan ini, suasana jepangnya kerasa banget. Udah gitu sepertinya Litto bukan sekedar jejepangan, melainkan emang sebegitu niatnya untuk menghadirkan nuansa jepang.

    Ahh, yuk nabung yukkkk.

  17. wah jd foto serasa di Jepang ya. Penasaran sama menunya. kuliner Jepang banyak penggemarnya ya di Indonesia karena beberapa masakan Jepang citarasanya masuk ke lidah orang Indonesia

  18. Mbaaaak tak tunggu wacana bukak pre order sushi darimu ahahaha. Mayan lho hasil belajar di Litto kemaren buat direalisasikan jadi usaha sampingan. Siapa tau temen2nya Bre minat beliii

  19. senang dapat rekomendasi tempat menarik seperti ini. apalagi bisa bikin merasakan seperti berada di negara lain padahal masih di negara sendiri. tanpa perlu paspor dan visa. kapan-kapan ingin ke sini ajak Ibu dan keluarga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *