Ganjuran dan Ingatan yang Berjejalan

baru saja seorang kawan mengunggah fotonya sedang berdoa di ganjuran. serupa anak panah yang dilepaskan dari busurnya, mendadak keping ingatan berjejalan keluar minta dibukakan jalan.

saya ingat jelas aroma mawar sore itu di halaman candi. sehabis ibadah jumat agung, saya bersama beberapa kawan mengunjungi ganjuran untuk pertama kali. bukan untuk berdoa, hanya mampir sesaat sebelum kami melanjutkan perjalanan menuju parangndog. halaman gereja begitu wangi dan penuh magi. energi baik seusai misa agung masih kuat terasa.

pertemuan kedua dengan ganjuran terjadi di malam hari. jelang pergantian usia, saya ikut misa bulanan. tentu saja bersama seorang kawan yang tak boleh disebut namanya. beratapkan langit malam berhias redup cahaya rembulan, saya mengikuti ekaristi dan menerima perjamuan suci. angin yang menggoyang pucuk pinus tak lagi terasa dingin karena banyaknya jemaat yang berjejalan di pelataran. sesudahnya, saya berlutut di sudut gereja guna menetapkan hati.

beberapa tahun sesudahnya, lagi-lagi saya mengunjungi ganjuran di malam hari. kali ini bersama kawan-kawan sepermainan berjumlah belasan. nyaris semua datang dengan permasalahan yang sama, soal hati yang begitu sulit dipahami.

yang saya ingat, kami satu-persatu mengambil kursi, lantas berdoa di depan candi, dibawah temaram cahaya lilin. semua diam merapal doa. ada yang menangis tergugu karena yang dihadapi terasa begitu ngilu. sesudahnya, kami semua berbincang cukup lama di pendopo. jelang dini hari kamu pun kembali ke utara, membawa hati yang lebih lega. dalam ketenangan dan diamnya, ganjuran selalu menjadi tempat yang tepat untuk melabuhkan lara. tempat berkontemplasi sekaligus memulihkan hati.

lantas tak terhitung lagi berapa kali saya ke ganjuran. kunjungan terakhir ada di tahun 2014. beberapa bulan sebelum menikah. saya mampir ke ganjuran bersama mas chandra, selepas menginap bersama banyak kawan di parangtritis. di saat mereka melanjutkan perjalanan ke gunungkidul, kami berdua memilih pulang dan singgah di ganjuran sejenak.

pagi jelang siang, ganjuran tetap tenang. tetap nyaman untuk berdoa. saya tahu bahwa Tuhan ada dan bisa dijumpai di mana-mana. dan bagi saya, ganjuran adalah salah satu tempat ternyaman untuk menjalin komunikasi denganNya. semoga tak perlu menunggu lama, saya bisa kembali ke sana.

kaki merapi, 10 februari 2022
ditulis sesaat usai melihat postingan widya di facebook sembari merindukan kawan-kawan lama.
ika maria, dek na, rosi, titis, meke, lusi, riska, basri, sunu, dan semua yang pernah bersama-sama ke ganjuran.

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 248

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *