Ingin Menjadi Travel Blogger? Cukup Siapkan 2 Hal Penting Ini Saja!

“Ternyata mbak Sasha itu travel blogger, ya?” tanya editor baru saya melalui aplikasi Chatwork beberapa minggu lalu. Saya menjawabnya dengan emotikon senyum. Dia lantas melanjutkan “Saya juga ingin jadi travel blogger, tapi belum berani.”

Saat saya tanya apa alasannya belum berani. Ternyata dia merasa tidak memiliki banyak waktu untuk traveling. Saya pun menjawab sambil nyengir “saya juga jarang traveling kok, sok-sokan aja ngaku travel blogger.”

Teman-teman semua ada yang mengalami ini nggak sih? Jarang traveling tapi pengen jadi travel blogger? Atau udah punya blog dengan niche traveling tapi jarang piknik jadi bingung blognya mau diisi apa? Dengarlah kawan, kalian tak sendirian, saya berada di pihak kalian ahahahahaha.

Dari obrolan singkat itu saya akhirnya jadi kepikiran, sebenarnya hal apa saja sih yang sebaiknya disiapkan orang yang ingin membuat travel blog? Setelah berpikir dengan seksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya akhirnya saya menemukan jawabannya.

2 hal penting yang harus disiapkan jika ingin menjadi travel blogger

1. Membuat blog

Syarat utama untuk menjadi seorang blogger tentu saja adalah memiliki blog. Yaiyalaaah, masak mau jadi blogger tapi nggak punya blog? Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara membuat travel blog?

Sebenarnya membuat blog travel sama saja dengan cara membuat blog lainnya. Yang membedakan hanya kontennya saja. Blog travel ya isinya segala hal yang berkaitan dengan traveling. Supaya travel blog makin kece, ada beberapa hal penting yang harus teman-teman perhatikan, antara lain sebagai berikut:

Buat personal branding

Ditengah masifnya kegiatan traveling, jumlah travel blogger pun selalu mengalami peningkatan. Banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi travel blogger. Supaya blogmu bisa dikenal banyak orang di antara ribuan travel blog yang ada maka kamu harus memiliki personal branding atau ciri khas yang membedakanmu dari travel blogger lainnya.

pantai-wediombo-ranselhitam-6

Sebagai contoh misalnya kamu suka wisata sejarah, jadikan itu sebagai ciri khasmu. Kamu yang gemar caving, tulislah banyak-banyak artikel yang berhubungan dengan wisata gua sehingga saat orang-orang ngomongin soal gua langsung teringat kamu. Saya sendiri sedang mencoba menggeser branding dari adventure menuju family traveling, maklum sekarang pikniknya bareng bocah.

Beberapa travel blogger yang personal brandingnya kuat menurut saya adalah Almarhum Mas Cumilebay (dengan kancut dan tulisan warna-warni di blognya), Bang Acen Jalan Pendaki (dengan tulisan soal pendakiannya) dan Mbak Olenka Backpackology (dengan family travelingnya). Sebenarnya selain mereka masih banyak contoh lainnya sih, tapi cukup 3 itu sajalah sebagai contoh.

Menentukan nama blog

Menentukan nama blog itu gampang-gampang susah. Pengennya unik tapi juga gampang diingat. Dulu alasan saya memberi nama blog ini Ranselhitam karena ransel yang selalu menemani saya kemana-mana itu warnanya hitam. Jadi ya udah bikin deh ransel hitam. Eternyata, sekarang blog dengan nama ransel banyak bangeeeet. Ada ranselhitam, ranselmungil, siranselpena, meransel, dll. Ahahahaha, overused ya.

Selain ransel, kata-kata semacam travel, traveler, backpack, nomadic, adventure, itu juga sudah banyak banget yang pakai. Kalau pengen nama blognya unik mending hindari aja deh. Cari nama lain yang belum populer.

Terus pikirkan juga soal jangka panjangnya. Misal kita bikin nama blog jomblotraveler, ntar kalau sudah nikah kayaknya nggak relevan lagi.  Ranselhitam ini juga gitu sih. Dulu saya bikin blog ini saat punya ransel berwarna hitam dan masih usia awal 20an. Sekarang ranselhitam saya sudah rusak dan saya ganti ransel merah serta orange.

Beberapa waktu lalu saat ada acara blogger ke Sumbawa dan Papua orang-orang yang mengenal saya dari blog langsung komen “Lho, katanya ranselhitam, kok ranselnya merah?” ngoks ahahahaha. Saya juga mikir nih, kalau saya sudah nenek-nenek ntar dan masih aktif ngeblog, punya blog namanya ranselhitam aneh nggak sih? Tapi ya udah deh nggak apa-apa.

Pastikan juga nama blognya yang mudah diingat dan tidak menyisipkan angka atau tanda baca yang berulang. Nama safaribumi pasti akan lebih mudah diingat daripada jalan-jalanchyntia1998.

Membeli domain dan memilih hosting

Kalau sudah mendapatkan nama yang oke, kini saatnya membeli domain dan memilih hosting. Sebenarnya kalau mau pake blog gratisan boleh-boleh aja sih, nggak ada yang melarang. Tapi kalau ingin blognya terlihat pro dan berpikir untuk dimonetisasi, membeli blog TLD (top level domain) adalah pilihan terbaik.

Sebelumnya mungkin teman-teman perlu tahu apa bedanya domain dan hosting. Jadi ibaratnya rumah, domain adalah nama jalannya. Domain adalah alamat untuk mengakses blog teman-teman. Sedangkan hosting adalah rumah itu sendiri alias tempat untuk menyimpan artikel, foto, atau video.

Misal teman-teman bingung mau beli domain dan hosting di mana, teman-teman bisa intip di DomaiNesia.com. Mengapa saya saranin untuk beli di DomaiNesia? Karena mereka jual hosting termurah. Harga hosting di DomaiNesia mulai dari 8K per bulan (lite) hingga 64K per bulan (monster). Teman-teman bisa menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

DomaiNesia juga memiliki layanan yang baik dan cepat untuk pelanggannya. Sehingga saat teman-teman memiliki masalah yang berhubungan dengan blog bisa mengontak customer service-nya guna mendapatkan bantuan. Ini bukan omong kosong lho, sebab sudah ada banyak ulasan positif soal layanan di DomaiNesia ini.

Satu hal lagi yang menarik. Di DomaiNesia juga terdapat banyak informasi tentang bagaimana cara membuat blog untuk pemula. Informasi-informasi tersebut disajikan secara detil dan terstruktur, dijamin teman-teman pasti bisa mengikutinya. Selain itu ada juga tips-tips menarik yang berhubungan dengan dunia blogging.

2. Menciptakan konten yang menarik

Setelah urusan membuat blog selesai, hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah mengisi konten. Berhubung ini adalah travel blog, selain tulisan foto juga menjadi unsur penting yang tidak boleh dilupakan. Saya akan breakdown satu-persatu, ya!

Cerita

Konten utama dari sebuah blog tentu saja adalah cerita perjalanan. Darimana kita bisa mendapatkan cerita perjalanan? Ya tentu saja setelah melakukan perjalanan dong. Nah yang jadi masalah adalah, kalau kita jarang jalan-jalan terus blognya mau diisi apa?

Dear malove, satu hal yang harus kalian ketahui, saya itu termasuk jarang jalan-jalan lho. Tapi saya tetap bisa mengisi blog saya. Kadang orang beranggapan bahwa travel blog yang keren itu yang isinya jalan-jalan ke tempat yang jauh dan populer, bahkan ke luar negeri. Kita seringkali lupa pada keindahan yang ada di sekitar kita.

Saya sih tim yang percaya bahwa sebuah cerita perjalanan yang menarik bukan semata karena destinasinya tapi lebih kepada bagaimana cara kita bercerita. Kita bisa lho menceritakan kisah jalan-jalan ke pasar yang tiap hari disambangi, pengalaman mandi di sungai dekat rumah nenek, atau cerita remeh-temeh lainnya. Semua tergantung bagaimana cara mengemasnya. Dan bukankah itu sudah termasuk cerita perjalanan?

Jadi meski kita jarang traveling ke pulau seberang atau melancong ke luar negeri, selama kita mau mengeksplorasi kota kita sendiri, kita tetap bisa menciptakan konten-konten perjalanan yang menarik. Bahkan itu bisa jadi personal branding yang kuat.

Lagipula travel blog tak harus melulu soal catatan perjalanan kok. Kalian juga bisa menulis soal tips dan trik, musik dan buku yang berhubungan dengan perjalanan, rekomendasi kuliner, dll. Intinya jadilah kreatif. Jangan hanya terpatok pada ide yang biasa-biasa saja. Dan satu lagi, teruslah mengasah ketrampilan menulis hingga menemukan gaya bercerita yang khas.

Foto

Sebuah artikel tentang perjalanan rasanya tak akan lengkap jika tidak ditambahkan dengan foto-foto pendukung. Untuk itu pastikan teman-teman memiliki foto yang menarik sebagai ilustrasi cerita. Saya sendiri tidak jago dalam memotret, tapi setidaknya saya berusaha untuk menghadirkan gambar yang mendukung dan bisa bercerita.

IMG-20170712-WA0015

Usahakan foto-foto yang diunggah adalah foto milik sendiri. Jika memakai foto milik orang lain, cantumkan sumbernya dengan jelas. Jangan asal comot. Sedangkan untuk foto ilustrasi lainnya, terkadang saya mengambil dari situs penyedia free image CCO (Creative Commons Zero). Maksud dari CCO sendiri adalah foto-foto tersebut bisa dipergunakan dengan bebas tanpa harus membayar hak cipta. Bahkan untuk keperluan komersil sekalipun.

Beberapa situs free image CCO andalan saya adalah Pixabay, Unsplash, dan Pexels. Seperti dalam artikel ini, beberapa diantaranya saya menggunakan koleksi gambar dari Pexels.com. Selain kemampuan fotografi, tak ada salahnya seorang blogger memiliki kemampuan videografi dan desain grafis. Semua itu akan semakin mendukung performa travel blogger

Tips tambahan menjadi travel blogger

Setelah membuat blog dan mengisinya dengan konten traveling, kini teman-teman sudah sah menjadi travel blogger. Selamaaaaat yeaaay *keprok-keprok*

Nah, tapi perjalanan ngeblog tak hanya berhenti di situ. Supaya blog banyak yang membaca dan teman-teman makin dikenal, ada hal-hal lain yang mesti dikerjakan.

Lah? Katanya tadi tipsnya cuma dua? Woleees tsaaaay, kalau mau jadi blogger professional emang kerjaannya banyak. Nggak cuma jalan-jalan, nulis, dan motret aja hihihi.

Setelah tulisan diposting, sebaiknya teman-teman mulai mendistribusikan tulisan tersebut melalui channel media sosial yang dimiliki. Boleh media sosial pribadi, atau membuat akun baru dengan nama yang sama dengan blognya. Ini supaya warganet makin ngeh dengan brand yang teman-teman ciptakan.

Selain di media sosial pribadi, distribusikan juga di grup yang teman-teman ikuti. Tapi pastikan temanya sesuai dan tidak spamming ya. Jangan sampai nulis soal traveling tapi share-nya di grup ibu-ibu menyusui. Ikan kembung ikan lele, gak nyambung yeeee.

Gunung-andong-ransel-hitam

Membangun jejaring juga sangat diperlukan. Sebab dari jejaring itulah biasanya akan muncul banyak ide dan juga tawaran-tawaran pekerjaan yang tak terpikirkan sebelumnya.

Demikian pendapat saya tentang hal apa yang harus disiapkan jika ingin menjadi travel blogger. Kalau ada yang berkata “Lah cuma gini doang tipsnya? Ini mah informasi standar, nggak ada yang baru, aku sudah tau!”

Ya emang syarat jadi travel blogger cuma itu saja, Paijo! Emang kamu pikir apa? Hihihihi. Semoga tulisan ini sedikit memberikan faedah ya.

Jogja, Medio Maret 2019
Salam manis dari saya yang sok-sokan ngaku travel blogger

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 250

48 Comments

  1. thanks Mba El, menjadi masukan buat saya yang masih pemula sebagai travel blogger, perasaan kawatir pasti adalah ya tulisannya ga menarik, ga pede photo-photonya ga cihui. lagi bingung juga niy mau pilih hosting sama domain di mana, bisa jadi referensi, kebetulan mau migrasi ke yang lebih pro, thanks Mba

    • Wah mbak Mei mah pengalaman jalan-jalannya sudah segudang, PRnya tinggal konsisten nulis aja tuh. Pasti bakalan keren. Apalagi kalau nanti sudah migrasi ke yang pro, pasti makin cihuy mbak 😉

  2. Keren mb sasha nih, hobi jalan-jalannya bisa memberi pengalaman sampai mana-mana. Tertarik sih punya blog yang ada niechenya, tapi masih takut kehabisan ide mau nulis apa.. ? jadi masih gado-gado dulu saja

    • Hehehe, sebenarnya semua bermula karena dulu aku kerja di website wisata yang mengharuskan aku jalan-jalan mbak. Terus cerita2 sempalan yang nggak lolos editing eman2 kalau ilang begitu saja makanya bikin blog hehe.
      Semoga nanti nemu niche yang cocok yak 😉

  3. Aku selalu suka kalau baca ulasan mba Sasha tentang traveling. Beberapa kali juga aku nulis tentang tempat2 yang pernah ku jejaki tapi blm optimal. Keren mbak, semoga bisa menjelajah ke tempat lainnya supaya aku bisa baca ulsan njenengan lagi hehe

  4. Waini… Dulu saya juga pengen mem-branding diri sebagai travel blogger. Tapi karena kehabisan bahan tulisan yang berbau jalan-jalan, akhirnya berubah haluan menjadi blogger curhatan. Tapi ya, saya usahakan tetep ada konten travelling juga di blog, ding. Hehehe

    Selamat 8 tahun ranselhitam.com, semoga tetep bisa jadi blog yang rajin saya BW-in *padahal juga jarang ini–wkwkwk*

    • La mung podo mas ahahahaha. Aku juga kalau bingung mau nulis apa akhirnya curhat atau nulis apalah nggak jelas. Tapi minimal dalam 1 bulan harus selalu ada tulisan tentang travelingnya. Ra ketang mung jalan-jalan keliling Jogja.

      Terimakasih ucapannyaaa, diamini doanya hihihi.

  5. Dulu sempat pengin jadi travel blogger tapi trus sadar diri. Jarang banget liburan, qiqiqi.
    Lha nanti konten mau diisi apa. Akhirnya sesekali aja nulis tentang traveling, yg kebetulan tempatnya aku kunjungi.

  6. Aku jarang traveling, tapi ngaku2 jadi travel blogger, hehe.. Sebelum punya travel blog, aku juga agak kecut gitu mba, emang panduan ini penting banget buat blogger pemula… Kalau asal jalan akhirnya ya kayak blog-ku, hihi. Soal nama blog juga agak iyuh ternyata, kalau nggak dipikirkan masak-masa. Nama blog-ku bukan niru2 punya mbak sasa, tapi ya karena dulu kalau jalan sering gendong ransel kecil gitu, jadinya namanya ranselmungil.. lah malah curhat…

    • Jarang traveling tapi pekerjaan Mbak Nisya memungkinkan buat traveling kemana-mana, itu sama aja mbak hihihi. Setidaknya kerja sambil traveling tipis-tipis hehe.

      Kita semua sama. Nama blog nggak niru2, mesti rata2 karena punya tas yang seperti itu. Dan ternyata orang lain pun berpikiran sama ahahahaha, makanya jadi overued.

      Tetap semangat ngeblog soal travelingnya ya, Mbak Nisya!

  7. Mbak Sha alumni standup? wkwk. Aku ngekek ki le baca. Di tengah-tengah dapet “iklan” aluusss byanget sukaa-sukaa sukaa.
    Aku dulu mikirin nama domain aja pakai nyari wangsit. Ahahaha. Mau pakai Dwisusanti kok wagu, sampai mau ngapa-ngapain kepikiran jadinya dinamai apa yaa?

    Aku sampai saat ini belum berani menamai Travel Blogger. Lha lebih ke curhat-curhat tentang perjalanan saja *perjalanan hidup termasuk*

    Terus level ternyaman ngeblog itu menurutku ya menulis yang ingin ditulis, jadi diri sendiri, alhamdulillahnya jika yang ditulis bermanfaat bagi orang lain, mak nyess rasanya. Dapat jodoh dari blog jugaa, anugerah sekalii dariNya *helah dibahas maneh*

    • Mbak Dwi, tolong jelaskan padaku bagian mana yang membuatmu ngekek? Ini tulisan serius! Bukan bercanda, tolong dipahami dengan seksama! Muahahahahahaha. Psssst jangan bilang siapa-siapa kalau ada iklan terselubung, nanti pada ngerti hihihihi.

      Akutu dulu malah nggak kepikiran buat pake nama sendiri untuk alamat domain. Setelah lama ngeblog baru ngeh, wah ternyata banyak blogger pake namanya sendiri buat alamat blog ya. Ebetewe aku penasaran kenapa blogmu dinamai Relung Langit lho, mbak.

      Aku sih kepedean aja menyebut diri travel blogger ahahaha, tapi kalau ketemu orang gitu aku ngakunya blogger aja nggak pakai embel2 travel kok hehe. Bloger curhat. Ciyeeeee yang dapat jodoh dari ngebloooog.

  8. Ada benarnya juga sih tapi terkadang bila ingin atau akan Travelling ada saja yang selalu ingin dibawa agar sewaktu2 dibutuhkan…Meski pada kenyataannya hanya menumpuk barang bawaan saja..??

  9. mba sashaa terimakasih tipsnya ya, aku bukan travel blogger tapi kadang-kadang bingung juga ketika harus membuat konten travel. seneng banget bisa baca tips-tips disini (termasuk soal foto dan cerita) <3

    • Travel blogger yang akan selalu dikenang yak. Udah personbal brandingnya kuat, orangnya huble pisan. Wis lah cucok.
      Banyakin galau, Gal. Niscaya tulisan akan mudah mengalir ahahahahaha,.

  10. Wih keren. Jadi aku simpulkan, bahwa travel blogger itu harus punya pengalaman dan mau share kepada khalayak ramai melalui tulisan di blog/medsos. Fix, kudu Sinau kih ?

  11. Tulisan travellingku belum banyak mbak, padahal udah travelling lumayan banyak hiksss kayaknya mau kucicil perlahan2 deh biar blog terisi dan padat

  12. Makasih tipsnya, mamaBre. Sebenarnya aku bukan travel blogger, hahaha. Karena aku cuma jalan2 aja sama Panda dan menuliskannya ketika ada kaitan foto dengan tulisan yg mau dibuat. Kudu ngembaliin mood utk nulis pengalaman yg cuma tersimpan di folder nih.

  13. Makasih tipsnya, mba.. saya pun jarang sekali jalan-jalan, tapi berani terima tantangan nulis tentang traveling, ya karena sebenarnya banyak referensi bisa ditemukan di internet 😀

  14. Wah, bener banget nih.. .Personal branding penting banget… Walaupun banyak artikel travel bareng keluarga,, tapi aku sendiri suka minder kalau di tanya blognya pake niche travel atau ga? Soale masih banyak artikel diluar travel… ?

  15. Mampir dulu untuk berguru ilmu… btw yang sulit itu bikin konten yang bisa konsisten duh kalau udah kehilangan ide bener2 bisa mandeg deg

  16. ini ada rame rame kenapa yak?! hah

    Dulu saya yang berlagak jadi travel blogger sekarang berubah branding jadi Runner Blog, blog lifestyle dan olahraga.
    Tapi malah lebih ke gado gado.

    Mba, Bagi tips biar rambut cepet tumbuh aja.. hihi.

  17. Aku sok-sokan ngaku traveler blogger, eh gak pernah jalan-jalan mba. Karena kalau harus nunggu jalan-jalan dulu kapan postingnya, wong setiap hari kerja dan kerja terus. Yah, diakalin aja mba, asal tidak mencuri tulisan orang lain. Hehe

  18. Waa.. sangat membantu artikelnya mbak ?
    Saya sendiri baru sekitar 2 minggu lalu mencoba membuat tarvelerblog terkait liburan karena pekerjaan jadi masih banyak bingung soal konten dan aturan mainnya kaya gimana, dan artikel ini sangat cukup mencerahkan, thanks mbak ???

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *