“Pernah minum adas pulawaras?” tanya Pak Turyanto, seorang pedagang oleh-oleh sekitar Kompleks Candi Arjuna, Dieng. Saya yang sedang asyik mengunyah keripik kentang dan sesekali mencampurnya dengan irisan manisan carica yang kenyal sedikit terkejut dan hanya menggeleng pelan. Ya, selama ini yang saya tahu adas hanyalah semacam bijian yang digunakan untuk bumbu masakan yang bentuknya sendiri saya belum pernah melihatnya. Mungkin semacam ketumbar atau merica.
Pak Turyanto lantas menawari saya untuk membuatkan wedang adas. Saya hanya mengangguk mengiyakan. Mungkin hari ini judulnya adalah petualangan minuman, setelah sebelumnya dibuatkan purwaceng jahe dan purwaceng susu yang belum habis saya tenggak, kini saya akan diseduhkan adas.
Saya lantas mengikuti langkah Pak Turyanto yang berjalan ke arah ladang. Saya pikir beliau akan mengambil biji adas kering atau semacamnya. Tapi pikiran saya rupanya salah. Pak Turyono hendak memetik daun adas segar. Beliau mendekati rumpun tanaman yang sepintas lihat seperti tanaman liar. Bentuknya sekilas seperti daun pinus, batang hijau beralur dan beruas-ruas, serta berlubang di tengahnya. Dipetiknya segenggam daun adas, lantas dicucinya. Saya pun ikut-ikutan memetik setangkai.
Oleh Pak Turyono, daun adas yang telah dicuci tersebut lantas dimasukkan ke dalam gelas dan diseduh dengan air panas setelah sebelumnya diberi sedikit gula batu. “Silahkan mbak diminum, ini bisa melegakan tenggorokan dan hangat di perut lho. Mencegah masuk angin juga. Mbak Sasha kan habis perjalanan panjang to?” tanyanya sambil menyodorkan segelas minuman adas untuk saya.
Bau harum tanaman memenuhi lubang hidung saya. Segar, wangi, khas aromatik minyak telon. Saya tiup-tiup sebentar hingga menjadi hangat, lantas perlahan saya seruput minuman tersebut. Hmmm, segaaar. Rasanya sangat khas dan melegakan tenggorokan. Duh kata apa ya yang tepat buat menggambarkan rasa dan aromanya? Yang jelas saya suka.
“Kedepannya saya ingin mengembangkan sirup obat batuk dari tanaman adas ini mbak. Sekarang masih proses uji coba,” terang Pak Turyanto. Adas yang memiliki nama latin Foeniculum vulgare ini memang merupakan salah satu dari 9 tanaman berkhasiat yang dikenal sejak jaman dulu. Tanaman yang lebih subur jika ditanam di dataran tinggi ini berasal dari Eropa Selatan dan Asia, lantas banyak ditanam di Indonesia, India, Argentina, Eropa, dan Jepang. Biji adas biasanya disuling lantas dijadikan minyak yang berfungsi sebagai salah satu komponen minyak telon atau obat-obatan lain. Sedangkan batang atau daunnya bisa dimakan sebagai sayuran.
Ah mendadak pagi ini saya ingin minum adas hangat seduhan Pak Turyanto lagi. Saya sedang flu dan batuk, bahkan dada saya sampai sesak. Pasti tenggorokan saya akan lega setelah minum adas. Oya, kemarin saat saya minum tolak angin ternyata bahan utamanya adalah adas. Wah pantesan tiap habis minum tenggorokan dan perut saya jadi enak. Sepertinya besok salah satu tanaman yang wajib saya tanam di rumah adalah adas.
piye rasane Sash ? mint gitu ya ?
baru tau tanaman adas, aku pikir adas itu biji2an…