Saya termasuk telat mendengarkan Sisir Tanah. Sebenarnya sih kalau tau nama Sisir Tanah sudah lama. Hanya saja tidak pernah mendengarkan lagu-lagunya. Hingga akhirnya mendengar suara Mas Danto untuk pertama kalinya pada acara Kampung Buku Jogja, pertengahan tahun lalu.
Kala itu sebenarnya tujuan saya nonton Mbak Reda yang bakal musikalisasi puisi. Saat lagi nunggu Mbak Reda bersiap, Theo tanya ke saya “Mbak, itu Mas Danto bukan ya?” sambil menunjuk orang yang berada di dekat soundsystem.
“Hah? Mas Danto siapa?”
“Mas Danto Sisir Tanah”
“Aku nggak tau haha” jawab saya jujur daripada sotoy. Saya memang tau nama Sisir Tanah tapi tidak tau siapa penyanyinya dan seperti apa lagu-lagu mereka.
Lantas acara di mulai. Mbak Reda menyanyikan beberapa lagu. Kemudian dia minta seorang volunteer untuk menemaninya bernyanyi di panggung. Banyak orang menyebut nama Danto, pun Mbak Reda juga memanggilnya. Lelaki berambut gondrong tersebut akhirnya maju ke depan dan duet bersama Mbak Reda menyanyikan “Aku Ingin” kalau nggak salah. Saya lupa.
Kali pertama mendengar suaranya saya langsung jatuh cinta. Karakter suara seperti Mas Danto itu favorit saya banget. Tegas dan berkarakter. Model-model suaranya Ipang, Virza, atau Iksan Skuter lah. Suara yang bikin saya meleleh.
Seusai acara saya berniat untuk mencari lagu-lagu sisir tanah, namun hanya berhenti di niat. Di bulan-bulan selanjutnya saya masih saja berkutat dengan Tulus, Kunto Aji, Banda Neira, Silampukau, Frau, dan lagu-lagu terkini yang diputar di radio.
Lalu tibalah Desember. Sebagai penutup tahun sekaligus penutup dekade banyak orang mencuit tentang lagu-lagu maupun album terbaik selama setahun terakhir atau justru satu dekade. Dalam cuitan atau artikel tersebut saya kerap melihat nama Sisir Tanah ada di daftar. Salah satunya adalah ulasan milik Vice Indonesia yang berjudul “Lagu-lagu Indonesia Terbaik Satu Dekade Terakhir”
Kali ini, saya tak hanya berhenti di niat tapi langsung mencari album Woh di layanan streaming musik digital. Lagu Pejalan menjadi perkenalan perdana yang masuk dengan nyaman di telinga. Dalam sehari, saya bisa memular lagu tersebut belasan kali.
Kita berjalan saja masih, slalu berjalan // Meskipun kita tak kunjung tau ujung jalan ini // Dan kita tak juga kan berhenti, s’lalu berjalan // Dan kita tak juga kan terhenti, s’lalu berjalan
Bagi beberapa orang mungkin lagi ini terkesan flat. Notasinya gitu-gitu aja, dari awal sampai akhir tak ada kejutan. Tapi entah mengapa buat saya lagu ini spesial.
Tiap mendengar lagu ini langsung pikiran bergerak ke banyak hal. Semacam memutar kisah-kisah hidup di masa lalu. Lantas berterima kasih pada diri sendiri karena sudah berjalan sejauh ini. Sudah kuat dan tidak berhenti. Dan terus berjalan meski nggak tau ujungnya seperti apa.
Dan saya baru tahu dong kalau ternyata lagu ini dijadikan salah satu soundtrack film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Pantas aja. Saya juga mendengarkan yang lainnya. Ada Lagu Bahagia, Lagu Wajib, Lagu Alternatif, Lagu Baik, Lagu Hidup, Orbituari Air Mata, dll.
Kita tuan pada masing-masing, kinginan-keinginan // Kita tuan pada masing-masing, kebohongan-kebohongan // Kita tuan pada masing-masing, keputusan-keputusan // Kita tuan pada masing-masing, kehilangan-kehilangan
Saat mendengarkan Orbituari Air Mata saya baru ngeh. Ternyata saya sudah sering mendengar lagu ini, hanya saja tidak tahu siapa penyanyinya. Rupanya ini lagu milik Sisir Tanah.
Di saat musik folk kebanyakan mengusung tema cinta, senja, kopi, dan asam lambung, Sisir Tanah mengambil posisi yang berbeda. Banyak lagu dalam album Woh mengusung kata tanah, alam, dan air. Lagu-lagunya seolah ditujukan pada para petani dan aktivis untuk terus berjuang mempertahankan apa yang mereka percayai.
Jika kau masih cinta kawan dan saudara // Jika kau masih cinta kampung halamanmu // Jika kau cinta jiwa raga yang merdeka // Tetap saling melindungi // Dan harus berani // Jika orang – orang serakah datang // Harus di hadang // Harus berani // Jika orang – orang itu menyakiti // Harus bersatu menghadapi – (Lagu Hidup)
Mengutip dari artikel Vice bahwa “Lagu Hidup” sempat menjadi simbol perlawanan warga terhadap proyek pembangunan Bandara Kulonprogo. Lagi ini menggambarkan pilihan respon terbaik yang bisa diambil dalam menghadapi tiap kemungkaran dan kedegilan.
Saya sendiri melihatnya lagu ini bisa ditujukan untuk banyak hal, entah konflik agraria, pembangunan yang mengorbankan alam, maraknya diskriminasi yang terjadi, hingga untuk melawan kebijakan pemerintah yang makin hari makin absurd dan menyepelekan warganya.
Di tengah industri musik yang liriknya itu-itu saja, rasanya menyenangkan sekali mendengar lagu-lagu Sisir Tanah. Lagunya selalu membuat saya merenung dan berpikir. Apa iya kita tidak akan melakukan apa pun saat melihat alam semakin tersakiti? Apa iya kita akan diam saja?
Melalui lagu-lagunya, Bagus Dwi Danto berusaha mengajak para pendegarnya untuk memiliki empati dan solidaritas terhadap sesama supaya kita tetap menjadi manusia. Dengan kualitas vokal yang kalem dan menghanyutkan, alunan melodi gitar bluesy, serta lirik yang lugas dan tidak bertele-tele, Sisir Tanah berhasil menyulut semangat keberanian.
Sejak desember hingga januari ini, Sisir Tanah menjadi lagu yang selalu saya putar di Spotify. Saya belum bosan dan mungkin tidak akan bosan.
Kalau kawan-kawan ingin mencoba mendengar Sisir Tanah mungkin bisa mulai dengan Lagu Pejalan atau Lagu Wajib. Saya tidak janji kawan-kawan akan langsung suka. Tapi tak ada salahnya mendengarkan toh? Nanti kalau sudah mendengar bisa banget cerita ke saya lagu apa yang paling disukai di kolom komentar blog ini.
Sebagai pamungkas postingan kali ini, saya petikkan potongan lirik Lagu Wajib yang paling saya sukai
Yang wajib dari tekat adalah hati
Yang wajib dari hati adalah kata
Yang wajib dari kata adalah tanya
Yang wajib dari tanya adalah kita
Yang wajib dari kita adalah cinta
Kaki Merapi yang mendung, Januari 2020
Aku lebih telat lagi, Mbak. Sebenarnya udah tau ada Sisir Tanah, tapi belum tertarik cari tau lagu-lagunya. Sampe akhirnya nonton NKCHTI, dan aku jatuh cinta pada pendengaran pertama. Hiks, mo nangis dengerin Lagu Pejalan. Nada dan liriknya masuk pelan-pelan dengan sopan ke telinga, terus langsung turun meresap ke hati. Hahahaha
Liriknya sederhana tapi bermakna ya. Aku membayangkan dengerin lagu ini malam-malam di perjalanan, entah kereta atau bis. Kayaknya kok syahdu banget.
Josss. Sisir Tanah itu musisi folk murni, yg kebanyakan lagunya tentang keresahan hidup, isu sosial dan lingkungan. Sebelas duabelas sama Nosstress :D. Coba dengerin yg Konservasi Konflik mbak. Campuran lagu sama puisi. Agak aneh sih dan jujur kurang bisa menikmati. Tapi ada pesan moral di dalamnya 😀
Sudah dengerin semua mas, kalo buatku si ndak masalah hehehe. Jadi pengen ngelive sisir tanah nih.
Saya malah baru tahu kalau Sisir Tanah nama grup musik. Kukira tadi apa gituu, saat baca judul tulisan ini.
Tenang mbak, banyak orang yang gatau sisir tanah kok. AKu juga taunya belum lama hehe.
Duh mb saya juga baru tahu sisir tanah setelah baca artikel dari mb sasha .jadi penasaran dengan lagu-lagunya. Buka yutube ah…
Hehehehe, silakan mbak. Semoga bisa suka.
Sama kayak aku berarti Mbak, kadang kalau cari lagu niat udah besar tapi pas nyetel di youtube ya berkutatnya pada lagu2 itu aja. Aku baru denger sih mengenai Sisir tanah ini, unik gitu namanya 😀
Sisir tanah itu maksudnya garu mbak, yang biasa buat orang kerja di sawah. Keren ya namanya.
Aku juga baru tahu ada ada grup musik Sisir Tanah tapi kalau membaca potongan liriknya sepertinya menarik dan maknanya mendalam ya, mbak?
Hehehe iya kak, banyak lagu “perjuangan”
Aku mendengarkan sisir tanah tapi belum pernah nonton live nih kakk pengen deh suatu saat nanti
Sama pun belum pernah ngelive. Padahal mesti seru banget yak.
aku tahu sisir tanah malah dari anakku mbak, dan benar, liriknya ngena banget. dan menyadarkan bahwa aku masih jadi manusia. makasih mbak tulisan asiknya
Kalau anak-anak yang nonton film NKCTHI pasti bakalan tau lagu ini mbak, soalnya jadi sontreknya hehe. Terima kasih mbak sudah berkunjung 🙂