Album Foto: Mengabadikan Momen, Mengabadikan Kenangan

We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes never closing
Our hearts are never broken
And time’s forever frozen, still

(Ed Shireen, Photograph)

“Nduk, mbok ibu dicetakke foto mantenmu sek gede,” pinta ibu bertahun-tahun lalu usai saya melangsungkan pemberkatan dan resepsi pernikahan. Saya hanya tertawa menanggapinya dan selalu menjawab “iya, besok kalau pulang Wonosobo lagi saya bawakan” walau sampai detik ini belum juga saya lakukan.

Jangankan mencetak foto untuk ibu, la wong di rumah saya sendiri saja saya tidak memiliki foto pernikahan. Tidak hanya foto berukuran besar yang bisa dipasang di dinding, album foto pernikahan pun saya tidak punya. Satu-satunya foto nikah dalam bentuk cetak yang saya miliki hanyalah kolase hadiah dari salah satu kawan.

Payah, ya? Memang.

Sejak adanya perkembangan dari dunia analog menuju dunia digital, saya termasuk orang yang tidak terlalu peduli dengan urusan cetak mencetak foto. Semua foto saya biarkan dalam bentuk fail di komputer, nyaris tak ada yang tercetak dalam lembaran-lembaran kertas. Termasuk foto-foto pernikahan.

Jika biasanya kita berkunjung ke rumah seseorang, saat menunggu teh dihidangkan kita bisa melihat tumpukan album foto di sudut meja, maka di rumah saya tidak berlaku. Tak ada tumpukan album foto. Saya berpikir bahwa itu adalah pemborosan, baik kertas juga biaya. Cukup simpan semuanya di hardisk, maka saya bisa melihatnya setiap saat. Atau unggah foto-foto tersebut di media sosial.

Namun, pendapat saya berubah tatkala hal buruk menghampiri. Beberapa waktu lalu harddisk komputer saya rusak dan tidak bisa bisa diperbaiki. “Kematiannya” membawa ribuan fail foto yang sudah saya kumpulkan sedari dulu. Foto-foto liputan saat pertama kali menjadi reporter, foto-foto traveling ke berbagai tempat, hingga foto-foto awal kuliah di mana kamera digital mau pun ponsel berkamera merupakan barang langka.

Pada titik itu saya merasa sangat menyesal. Coba seandainya saya mencetak foto-foto tersebut. Tidak smeuanya, tapi yang penting-penting saja. Seenggaknya kenangan itu masih tersisa. Namun, sesal memang selalu datang terlambat.

Selain raibnya foto-foto di penyimpanan data, hal lain yang mengubah pendapat saya soal pentingnya mencetak foto adalah soal pendokumentasian perjalanan hidup. Saya sering sedih saat mengingat bahwa saya tidak memiliki foto-foto masa kecil. Saya hanya punya 1 foto bayi, itu pun dengan kualitas gambar yang sangat buruk. Foto saya dari bayi hingga duduk di bangku SMA mungkin bisa dihitung dengan jari. Sangat sedikit.

Hal ini jauh berbeda dengan Mas Chandra. Ayahnya adalah dokumentator ulung. Beliau selalu mengabadikan anak-anak dan keluarganya dalam lembaran foto. Karena itu, hingga sekarang saya masih bisa melihat foto-foto lawas Mas Chandra mulai dari dia bayi hingga besar.

Dulu keluarga saya (yang menurun ke saya) memang sangat abai dalam hal dokumentasi. Bahkan, saat foto sudah dicetak pun terkadang kami tidak rapi menyimpannya sehingga mudah tercecer dan hilang. Kini, setelah Renjana hadir dalam hidup, saya tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Saya ingin mengabadikan foto-foto Renjana dalam album foto yang indah. Jika sesuatu yang buruk terjadi (harddisk rusak lagi), setidaknya saya memiliki backup foto-foto yang sudah tercetak rapi.

Membuat album foto DIY atau mencetak foto di jasa percetakan?

Sebagai orang yang ngakunya sok kreatif, saya sempat kepikiran untuk membuat album foto DIY. Foto diprint atau dicetak, kemudian disusun sendiri menjadi kolase. Nanti bisa ditambah pita, manik-manik, bunga kering, dan hiasan lucu lainnya. Tapi setelah dipikir-pikir kok kayaknya ribet, ya? Pasti akan memakan waktu yang lama. Belum lagi kalau saat proses pembuatan diganggu oleh Renjana. Baru membayangkan saja saya sudah capek.

Akhirnya pilihan jatuh ke opsi kedua, mencetak foto di jasa percetakan. Kali ini berhubung saya enggak mau ribet, maka saya mencari jasa cetak foto yang langsung jadi dalam bentuk album. Setelah googling sana-sini dan membaca blog beberapa kawan, saya dapa rekomendasi yang bagus, yakni menggunakan jasa cetak album foto dari ID Photobook.

ID Photobook sendiri merupakan tempat cetak foto online yang hasil jadinya album dengan desain kayak majalah. Saya tidak perlu repot-repot datang ke kantor ID Photobook, cukup kirim foto lewat WA atau email, pilih template (tema dan cover album), lalu duduk ongkang-ongkang kaki. Nantinya album foto yang kece bakal datang ke rumah diantar pak kurir. Sangat mangkus dan sangkil. Cetak foto dari HP jadi semakin mudah.

Produk album ID Photobook tersedia dalam berbagai pilihan dan ukuran, begitu juga ukuran kertasnya. Untuk cover ada yang hardboard bisa juga yang biasa. Semua tinggal disesuaikan dengan budget yang kita miliki. Oya, harganya mulai dari 125K. Saat promo bahkan harganya mulai dari 99K. Untuk dapat info dan promo terbaru, follow saja instagramnya di @id.photobook atau channel youtube ID Photobook.

Kemarin saya pesan 2 album, Square dan Large. Semuanya hardcover dan kertasnya juga tebal. Setebal postcard yang pernah saya kirim ke teman-teman dulu. Senangnya lagi khusus untuk pembeli di area Jawa Bali dapat free ongkir yeay. Saat albumnya datang, Renjana langsung semangat bukanya. Dan dia girang sekali saat lihat foto-fotonya ada di album. Dibolak-balik terus tuh album sambil ngoceh tiada henti.

Untuk kawan-kawan yang ingin mencetak album foto seperti saya, ada beberapa tips yang bisa kawan-kawan lakukan supaya hasilnya makin paripurna. Penasaran, kan?

Tips Mencetak Foto di ID PHOTOBOOK

  • Pilih foto dengan resolusi besar
    Meski IdPhotobook memberikan batas minimal ukuran foto adalah 300-500px, saran saya tetap gunakan foto-foto dengan resolusi besar. Semakin tinggi resolusinya hasilnya akan semakin baik. Kemarin saya membuat sedikit kesalahan. Ada beberapa foto yang saya rezise, jadi saat dicetak berukuran besar sedikit pecah.
  • Sesuaikan tema album dengan tema foto
    IdPhotobook menyediakan beberapa tema untuk album foto Anda, mulai dari simple elegant, romantic, traveling, hingga colourfull. Supaya albumnya bagus, pilihlah tema yang sesuai dengan koleksi foto Anda. Berhubung kemarin saya banyak foto jalan-jalan, maka di album Large saya pilih tema traveling, sedangkan untuk album Square saya memilih simple elegant.
  • Samakan tone foto untuk hasil lebih sempurna
    IdPhotobook memang menerima foto mentah tanpa editing dari pelanggan. Namun, untuk hasil terbaik saran saya editlah foto terlebih dulu. Gambar sedikit dicerahkan dan tone disamakan supaya hasilnya sempurna. Ini pelajaran baru untuk saya sih. Kemarin saya tidak melakukan ini, besok kalau cetak lagi bakal saya coba.

Seperti yang pernah saya tulis di artikel ini, bahwa memotret adalah salah satu cara untuk mengabadikan momen, begitu pula dengan mencetaknya. Itu adalah salah satu cara terbaik untuk mengabadikan kenangan. Saya cukup puas dengan mencetak foto di ID Photobook. Dari desain, packaging, sampai kualitas cetak semuanya tidak mengecewakan.

Kalau kawan-kawan sendiri tim cetak album foto atau tim cukup disimpan saja?

Elisabeth Murni
Elisabeth Murni

Ibu Renjana | Buruh partikelir paruh waktu | Sesekali bepergian dan bertualang.

Articles: 247

9 Comments

  1. Aku pas tau idphotobook ini, lgs pesen banyak album utk mencetak semua foto traveling :p. Jd semuanya aku bijin, 1 album, untuk 1 negara yg udh didatangin. Dan sukaaaaa bgt ama hasilnya. Mereka juga generous banget ksh bonus. Krn aku pesen lbh dr 15 album, lgs dikasih bonus postwr dan selusin foto ukuran square :D. Seneng bangettt. . Makanya stiap travelingku, kali ini mau lgs aku cetak di photobook mba.

    • Waaaa, kalau dibikin per album gitu pasti bagus banget jadinya. Saya ini kemaruk, mbak. Pengen dicetak semua-muanya. Jadi dari tiap trip diambil dikit-dikit hihihi. Kayaknya besok perlu nyetak lagi deh yang dibikin per tempat.

  2. Samaa, aku kok juga malu mau nyetak buat majang foto nikahan di rumah mbak :p
    Tapi, aku malah kepingin nyetak hasil jepretanku mbak (meskipun elek) wkwk
    Ada beberapa yang meskipun nggak pakai teknik apa-apa, tapi pas dapat momennya gitu :))
    Nggak rela misal filenya ilang.

    Oh ya, aku pernah beberapa kali liat idphotobook di explore ig :p
    penasaran sama harganya, kali ini terjawab syudah.

    • Kalau aku karena foto2nya ga jelas. Dulu pake tukang foto langganan ibuku rias manten, tukang foto sepuh yang gayanya gitu-gitu aja. Jadi suka ketawa-ketawa sendiri kalau lihatnya. Untung ada kawan-kawan yang juga motretin bagus, cuma ku malas nyetak hehe.

      Iya, aku pun. Pengen nyetak lagi foto saat muda dan jalan-jalan sendirian. Buat kenang-kenangan besok hihi.

  3. Keren juga album fotonya yaa.. Bukan model lama yang dicetak per foto terus dimasukin ke bawah mika di album foto 😀

    Pgn juga deh kapan2 dicetak begitu koleksi foto2 travelingku..

    -Traveler Paruh Waktu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *